Rabu, 31 Desember 2014

Mengatasi Post Holiday Syndrome

Musim liburan Semester Ganjil yang cukup panjang tersisa beberapa hari lagi, tidak lama lagi kita kembali beraktivitas seperti semula.  libur semester yang berlangsung dua pekan, merupakan momen yang ditunggu-tunggu, apalagi liburan merupakan waktu untuk mengistirahatkan kita dari beragam aktivitas sehari-hari.

Masa liburan memang masa yang menyenangkan, terutama bagi anak-anak.Peralihan dari masa libur panjang seringkali membuat si kecil bermalas-malasan ke sekolah. Sulit bangun pagi, sarapan pun berlambat-lambat. Maunya nonton acara kartun di televisi. Di sekolahpun, tampaknya, dia tidak antusias mengikuti pelajaran. Jika itu yang terjadi, mungkin si kecil mengalami post holiday syndrome alias sindrom usai liburan panjang. Dalam taraf yang lebih ekstrem, si kecil bisa-bisa tidak mau berangkat ke sekolah. Beragam alasan pun dilayangkan anak-anak saat mereka disuruh untuk bersiap-siap belajar.Sakit perutlah, pusing, dan sebagainya.

Liburan memang sangat dibutuhkan setiap orang, termasuk anak-anak sekolah. Sebab liburan memang memiliki tujuan untuk mengistirahatkan fisik dan pikiran anak-anak saat mereka beraktifitas di sekolah.

Tetapi, karena terbawa suasana santai dan menyenangkan saat masa liburan, banyak anak yang malas bersekolah serta memulai untuk belajar lagi. "Yang namanya libur itu kan identik sesuatu yang menyenangkan. Anak bebas bangun siang, bebas bermain dan bebas nonton televisi.

Sebenarnya hal semacam ini tidak perlu terjadi jika jauh hari sebelumnya bunda mengorganisasi liburan dengan baik. Jangan mentang-mentang liburan, si kecil bebas melakukan apa saja dan lupa belajar sama sekali. Bersenang-senang saat liburan, lanjut Desvi, sah-sah saja. Bahkan, itu harus karena otak juga butuh diistirahatkan dari rutinitas sekaligus untuk penyegaran kembali (refreshing).

Tetapi, hari libur memiliki batas dan bunda harus memastikan si kecil selalu siap untuk kembali ke sekolah kapan saja. Salah satunya, tentu dengan senantiasa mengingatkan si kecil bahwa setelah libur, dia harus kembali ke sekolah. Untuk menghindari sindrom pasca liburan seperti ini lanjut, kedepannya orang tua harus menekankan bahwa libur bukan berarti libur dari aktivitas belajar.

"Orang tua dan anak harus bikin kesepakatan waktu, agar aktivitas belajar dapat tetap dilakukan, namun dengan porsi yang ringan," tambahnya. Misalnya, orang tua mengajarkan nilai edukasi di masa liburan dengan tetap membiasakan anak-anak membaca buku. "Walau hanya sekedar buku cerita, namun dengan membaca, akan membuat otak anak belajar untuk terus mengingat apa saja yang telah dilewatinya," jelasnya. Atau bisa juga dengan mengajak anak ke toko buku, minta dia membaca-baca buku sebagai persiapan kelas baru. Hal ini supaya dia tak lupa dengan kewajiban belajarnya dan tak kaget ketika mulai masuk sekolah.

Sebaiknya, hal ini sudah dipikirkan sejak masa liburan mulai akan berakhir. Tepatnya, pada hari terakhir liburan, usahakan jangan lagi ada kegiatan yang melelahkan seperti bepergian ke luar kota. Melainkan, perbanyaklah waktu untuk bersantai bersama keluarga dan anak-anak. Khusus bagi Anda yang berlibur ke kota-kota yang jauh,usahakan Anda sudah kembali ke kota tempat Anda bekerja sehari sebelum masuk kerja, dan sebelum anak sekolah masuk. Malamnya, jangan tidur terlalu larut.

Bagaimana jika post holiday syndrome di derita oleh bapak/ ibu guru? karena bukan hal yang mustahil bapak/ibu guru pun akan mengalami hal seperti itu. Jika itu terjadi maka bapak/ibu guru pun  harus merencanakan jauh-jauh hari dengan kegiatan yang bermanfaat, misalnya dengan mengikuti pelatihan menulis, atau kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Berlibur di rumah pun tidak kalah seru, memanfaatkan waktu libur dengan berkebun, mengecat ulang rumah atau melakukan hobi dengan anak-anak tercinta itu lebih bermanfaat dan dapat mengatasi post holiday syndrome.